Tuesday, February 26, 2013
Saturday, February 16, 2013
Tuesday, February 12, 2013
Psikologi Positif
Selama setengah abad terakhir, psikologi
sendiri hanya disibukkan pada satu topik, yaitu penyakit mental, dan psikologi
cukup berhasil dalam mengatasi hal ini. Para psikolog sendiri telah cukup
memahami masalah-masalah yang dulunya masih kabur, seperti depresi,
skizofrenia, dan alkhoholisme. Namun manusia kadang menginginkan lebih dari
sekedar menyelesaikan masalahnya, atau kelemahannya. Manusia juga menginginkan
hidup bermakna, bukan kegelisahan sampai ajal menjemput.
Di Amerika, pencarian kebahagiaan diabadikan dalam
Deklarasi kemerdekaan sebagai hak setiap warga. Pencarian kebahagiaan juga
dapat ditemukan pada rak buku-buku pengembangan diri di setiap toko buku di Amerika.
Namun, bukti-bukti ilmiah seakan-akan menunjukkan bahwa tidak mungkin anda bisa
meningkatkan level kebahagiaan kita secara terus menerus. Bukti ilmiah bahkan
menyebutkan bahwa kita memiliki rentang kebahagiaan yang telah baku, seperti
berat badan kita. Seperti perumpamaan orang-orang yang berdiet, yang pada
akhirnya juga akan kembali pada keadaan semula. Sama halnya dengan orang-orang
yang sedih tidak bisa berubah menjadi selalu bahagia, dan orang-orang bahagia
juga tidak bisa berubah menjadi selalu sedih.
Namun, penelitian baru kemudian menunjukkan bahwa kondisi
tersebut dapat ditingkatkan secara terus-menerus. Sebuah gerakan yang
sebenarnya dicari oleh manusia untuk mendapat hidup bermakna. Dan menyediakan
tonggak panduan untuk kita bisa menemukan apa yang disebut “Aristoteles”
sebagai “ Kehidupan yang baik”.
Itulah sebabnya, Martin Seligman yang saat itu baru
dipilih sebagai presiden American Psychological Association, pada tahun 1998 kemudian
memoloporkan aliran baru dalam dunia psikologi, dan menyebutnya sebagai
psikologi positif.
Menurut Seligman, “Psikologi bukan hanya studi tentang
kelemahan dan kerusakan; psikologi juga adalah studi tentang kekuatan dan
kebajikan. Pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak, pengobatan juga
berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.” Misi Seligman
ialah mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis – yang hanya
berkutat pada kekurangan manusia – ke psikologi positif, yang berfokus pada
kelebihan manusia, dari perhatian yang berlebihan pada penyakit ke konsentrasi
pada kesehatan.
Menurut Prof. Seligman, ada tiga cara untuk bahagia:
2. Have a Good Life (life of engagement): dalam bahasa aristoteles disebut eudaimonia, terlibatlah dalam pekerjaan, hubungan atau kegiatan yg membuat kita mengalami "flow". merasa terserap dalam kegiatan itu, seakan2 waktu berhenti bergerak, kita bahkan tidak merasakan apapun, karena sangat "khusyu'". fenomena ini diteliti secara khusus oleh rekan Seligman, Mihaly Csikzentmihalyi. dan memberikan 7 ciri2 kita dalam kondisi flow:
a. Sepenuhnya terlibat pada apa yg kita lakukan (focused, concentrated, khusyu')
b.Merasakan "a senses of ecstasy" (seperti berada di luar realitas sehari-hari)
c. Memiliki "kejernihan yg luarbiasa" (benar2 memahami apa yg harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya)
d. Menyadari bahwa tantangan pekerjaan yg sedang ia hadapi benar2 dapat ia atasi (bahwa skill yg kita miliki cukup memadai untuk mengerjakan tugas tersebut)
e. Merasakan "kedamaian hati" ( tidak ada kekhawatiran dan merasakan diri kita sedang bertumbuh melampaui ego kita sendiri)
f. Terserap oleh waktu (karena khusyu' mengerjakan dan benar-benar terfokus pada "saat ini dan disini", waktu seakan2 berlalu tanpa terasa)
g. Motivasi Intrinsik (dimana merasakan "flow" itu sendiri sudah merupakan hadiah yang cukup berharga untuk melakukan pekerjaan itu)
3. Have A Meaningful Life (life of Contribution): milikilah semangat melayani, berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain atau mahluk lain. menjadi bagian dari organisasi atau kelompok , tradisi atau gerakan tertentu. merasa hidup kita memiliki "makna" yang lebih tinggi dan lebih abadi dibanding diri kita sendiri.
Psikologi positif mempunya tiga pilar utama,
- pertama, pengkajian
terhadap emosi positif.
- kedua, pengkajian terhadap sifat
positif, terutama diantaranya adalah kekuatan dan kebajikan, termasuk
pula “kemampuan” seperti intelegensi dan atletisme.
- ketiga, pengkajian
terhadap institusi positif-seperti demokrasi, keluarga yang kukuh, dan
kebebasan informasi-yang mendukung kebajikan dan pada gilirannya mendukung
emosi positif. Emosi positif seperti kepercayaan diri, harapan, dan
kepercayaan sangat membantu kita bukan ketika kehidupan itu terasa mudah,
melainkan saat kehidupan menjadi sulit.
Karena kecenderungan kita di abad ke-21 adalah menekankan
penanganan aspek-aspek negatif, maka hampir semua pelatihan lebih mengarahkan
pelatihannya pada penanganan aspek negatif tersebut; seolah-olah manusia itu
hanya dipenuhi dengan masalah dan masalah saja. Dimana pembahasan ini lebih
pada penanganan masalah.
Pada masa-masa sulit, biasanya manusia lebih mengarah pada
pemahaman untuk meredakan penderitaannya dibanding harus memikirkan untuk
membangun kebahagiaan. Padahal pada masa itu yang lebih penting adalah memahami
dan menompang energi-energi positif seperti demokrasi, keluarga yang kukuh, dan
kebabasan informasi. Pada masa-masa sulit, memahami dan membangun kekuatan
serta kebajikan-diantaranya keberanian, perspektif, integritas, kesetaraan,
loyalitas-bisa jadi lebih mendesak daripada ketika masa-masa menyenangkan.
Psikologi positif sebenarnya adalah suatu bidang ilmu
yang memandang manusia tidak hanya pada segi masalah. Tapi juga bagaimana
manusia bisa mencapai kebahagiaan atau kehidupan bermakna. Ini bisa didapatkan
dengan membangun energi-energi positif dalam diri manusia itu sendiri.
Dimana dulunya sebelum kedatangan psikologi positif ini,
psikologi hanya dianggap sebagai bidang keilmuan yang diidentikkan dengan
penyelesaian masalah-masalah dan gangguan-gangguan yang dialami oleh manusia.
Psikologi positif mencoba memandang manusia dari sisi lain. Jika Psikologi patogenis
memusatkan perhatian pada penderitaan, maka psikologi positif berperan penting
dalam kaitannya dengan membangun kebahagiaan.
Sementara itu psikologi selama ini hanya berkutat pada
sifat-sifat buruk atau sifat negative manusia, psikologi positif ingin
menampilkan sifat-sifat indah dari manusia. seperti berpikir positif,
penerimaan diri, kematangan emosional, aktualisasi diri dan sebagainya yang
membawa manusia mengarahkan energy positifnya dan menuju pada kehidupan
bermakna seperti yang dikemukakan oleh “Aristoteles” dengan “ Kehidupan yang
baik”.
Dengan begitu kita akan tau bahwa manusia bukan hanya
mahluk rakus, homo ovarus, yang mementingkan diri sendiri, tetapi juga makhluk
yang tidak bisa hidup normal tanpa mencintai dan dicintai.
Sumber : Seligman, Martin. 2005. Authentic
Happines. Bandung : Mizan
Thursday, February 7, 2013
Generation Gap
Berikut ini beberapa gambar yang menunjukkan "Generation Gap" yang terjadi saat ini. Sangat menarik gambar-gambar ini karena betul-betul secara sederhana menunjukkan perbedaan generasi. Pemahaman tentang karakteristik tiap-tiap generasi akan mempermudah kita berhubungan dan berkomunikasi dengan mereka, juga mengelola SDM saat ini.
Tuesday, February 5, 2013
Pengembangan Karier
Pada saat ini, pengembangan karier
bukan suatu hal yang terberi dengan inisiatif berasal dari pihak perusahaan.
Generasi G, dengan segala kemajuan penggunaan teknologi informatika yang serba
cepat dan mudah. Mereka secara aktif sejak usia dini sudah mengetahui hendak
bekerjab sebagai apa kelak dan berusaha untuk mencapainya.
Untuk mendapatkan karyawan
potensial dewasa ini tidak cukup dengan hanya menawarkan penghasilan dan
benefit yang kompetitif saja. Generasi sekarang sangat pemilih. Mereka juga
memperhatikan lokasi kerja, tempat kerja dan juga segala macam fasilitas
lainnya. Dalam proses wawancara mereka dengan aktif bertanya tentang
penghasilan dan karier. Berapa kenaikan gaji, seberapa cepat karier mereka,
kapan mereka dapat menjadi manajer, bagaimana program pelatihan dan
pengembangan karier.
Program pengembangan karier
saat ini cenderung memiliki fokus baru. Sebelumnya hanya fokus pada
pengembangan karier didalam perusahaan saja, tetapi saat ini lebih kepada
mengelola karier seseorang. Hal ini dengan pertimbangan bahwa setiap orang akan
mengalami perubahan karier atau tempat kerja sebanyak 4 s/d 5 kali sepanjang
usia produktifnya. Oleh karena itu penekanan saat ini ada memfasilisasi
manajemen, pengembangan dan analida diri sendiri.
Menyediakan perangkat
pengembangan karier sangat menguntungkan bagi perusahaan, karena karyawan bisa
memilih jenjang karier yang diinginkan. Umumnya perusahaan membagi antara jalur
manajemen dan spesiali, dimana dimungkinkan terjadinya perubahan jalur karier.
Program pengembangan tidak
perlu rumit. Laporan karyawan tentang prestasi kerjanya sebagai umpan balik
untuk kinerjanya dan memiliki rencana pengembangan individual, juga memiliki
akses pada pelatihan keahlian non teknis dapat mengurangi kemungkinan karyawan
meninggalkan perusahaan.
Monday, February 4, 2013
Manajemen SDM Berorientasi Pengembangan Karier.
Perubahan kontrak psikologis Karyawan
dengan Perusahaan.
Dimasa lalu dan mungkin
sampai saat ini, banyak karyawan melakukan kontrak psikologis loyalitas kerja dengan
"job security" termasuk juga dengan mendapatkan penghasilan, benefit
dan fasilitas yang kompetitif. Apakah pendekatan ini masih cukup efektif dalam
situasi bisnis yang bersaing ini? Dewasa ini banyak lembaga yang setiap saat
memonitor dan siap mentransfer seorang karyawan potensial keperusahaan lain
dengan paket kompensasi dan benefit yang menggiurkan. Mereka juga secara aktif
"berburu" maupun melakukan pendekatan sesuai pesanan perusahaan.
Bisnis "Head Hunter" sudah sedemikian berkembang pesat. Selain itu
kebutuhan hidup yang semakin mahal juga menyebabkan banyak karyawan tergoda
untuk berpindah keperusahaan lain yang menawarkan penghasilan yang lebih besar.
Adakah pendekatan lain yang
lebih dapat menahan karyawan untuk tidak berpindah keperusahaan lain dan menjamin
loyalitas? Saat ini banyak perusahaan mengembangkan Manajemen SDM nya dengan
pendekatan pengembangan karier.
Kontrak psikologis berbeda
dengan pendekatan lama, karyawan menukar loyalitas kerja dengan pengembangan
karier. Angkatan kerja muda dewasa ini memiliki gaya hidup dan tuntutan yang
berbeda dari jaman dahulu. Mereka disebut sebagai generasi G (Google atau
Gadget). Generasi ini terbiasa dengan segala sesuatu yang serba cepat dan mudah
didapat, terutama dengan kemajuan dan pemanfaatan teknologi informatika.
Kebiasaan ini terbawa ketika mereka bekerja. Saya punya pengalaman mewawancara
karyawan generasi saat ini, ketika diberikan kesempatan untuk bertanya, mereka
banyak bertanya mengenai karier dan pengembangan diri disamping pertanyaan
tentang penghasilan dan benefit. Yang menarik adalah mereka sudah memiliki
target waktu yang jelas dan berusaha mereka penuhi, dalam waktu 3 s/d 5 tahun
sudah berharap bisa menduduki posisi Manajer, 5 tahun berikutnya mengharapkan
sudah mencapai posisi puncak sebagai GM ataupun Direktur. Selain itu mereka
sudah sangat berani mengajukan penghasilan minimal yang mereka minta.
Pengalaman ini tidak pernah didapatkan dari calon karyawan generasi terdahulu.
Contoh lain, sebuah
perusahaan perhotelan dimana sebagai bisnis yang menjual keramahan sangat
bergantung pada karyawan dengan komitmen dan semangat tinggi. Dalam sebuah
pabrik atau toko ritel kecil, pemilik toko bisa bergantung pada pengawasan
langsung untuk memastikan bahwa karyawan melakukan tugas mereka. Tetapi di
hotel, semua karyawan “ada di garis depan”. Manajer atau[un Supervisor tidak
bisa selalu melakukan pengawasan langsung, apakah seorang Bell Boy, Petugas
Front Office sudah menjalankan tugasnya dengan ramah kepada tamu Hotel. Jika
Hotel tersebut ingin para tamu puas, mereka harus memiliki karyawan yang punya
komitmen seakan-akan mereka adalah pemilik perusahaan tersebut dalam melakukan
tugas mereka, sekalipun tidak ada yang mengawasai. Agar para karyawan memiliki
komitmen, Perusahaan juga harus meyakinkan karyawan bahwa Perusahaan juga
memiliki komitmen pada mereka. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
komitmen perusahaan pada karyawan untuk membantu mereka memiliki karier yang
sukses dan memuaskan.
Fokus Manajemen SDM
berorientasi pengembangan karier.
Tabel dibawah ini menjelaskan
perbedaan fokus antara Manajemen SDM dengan pendekatan tradisionil dan
pengembangan karier.
Aktifitas SDM
|
Tradisional
|
Pengembangan Karier
|
Perencanaan
|
Menganalisa pekerjaan,
memproyeksikan kebutuhan dengan menggunakan data statistik.
|
Tambahan informasi data mengenai
minat karyawan, pilihan dan sejenisnya.
|
Politian dan Pengembangan
|
Memberikan kesempatan
karyawan untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang
kerjanya.
|
Memberikan informasi jalur
karier, orientasi pertumbuhan perorangan.
|
Penilaian Kinerja
|
Memberikan peringkat atau
penghargaan.
|
Tambahan rencana
pengembangan dan penetapan sasaran perorangan.
|
Perekrutan dan Penempatan
|
Mencocokkan kebutuhan
organisasi dengan orang yang memenuhi syarat.
|
Mencocokkan orang dan
pekerjaan berdasarkan pada sejumlah variabel termasuk minat karier.
|
Kompensasi dan tunjangan
|
Memberikan penghargaan
untuk waktu, produktifitas, bakat, dst.
|
Tambahan aktifitas yang
tidak berhubungan dengan pekerjaan seperti menjadi Ketua Kepanitiaan Kegiatan
Rekreasi Karyawan dan Keluarga, Ketua Union, dsb.
|
Dengan demikian karyawan
memiliki rasa aman dalam mengembangan kariernya yang pada akhirnya juga untuk
mendapatkan penghasilan yang memadai sesuai perkembangan karier.
Friday, February 1, 2013
5 Langkah Tetapkan Target yang SMART!
By Shift Magazine on November 6, 2012
Filosofi SMART untuk perancangan dan penetapan
target.
Smart memang berarti pintar, tapi SMART yang akan kita
bahas disini adalah sebuah cara pintar untuk mengembangkan dan membangun sebuah
bisnis.
Apa itu SMART?
SMART adalah:
S – Specific – Significant, Stretching, Simple
M – Measurable – Meaningful, Motivational, Manageable
A – Attainable – Appropriate, Achievable, Adjustable,
Ambitious, Aligned, Action-focused
R – Relevant – Result-Based, Results-oriented,
Resourced, Resonant, Realistic
T – Timely – Time framed, Timed, Time-based,
Time-bound, Time-Specific, Timetabled
Beberapa orang senang menambahkannya dengan akhiran ‘ER’ menjadi
‘SMARTER’. E =Enjoyable,
R = Relevant.
Menyusun Target yang
SMART
Seperti yang dijabarkan oleh Paul J. Meyer dalam bukunya, Attitude is
Everything, berikut beberapa
penjelasan mengenai karakteristik yang S.M.A.R.T dalam menetapkan target:
SPECIFIC
Kata yang pertama ini menekankan pentingnya menetapkan target
yang spesifik; benar-benar spesifik. Hindari target yang terlalu umum atau
kurang mendetail. Target tidak boleh ambigu, harus jelas, dan dipaparkan dengan
bahasa yang lugas. Misalnya, tetapkan target seperti ini: “tingkatkan penjualan
dari 500 menjadi 1000 buah apel dalam sehari” dan hindari “tingkatkan omset dari penjualan apel per-hari”.
Untuk menetapkan
tujuan yang spesifik, anda harus menyampaikan kepada tim seluruh harapan dan
keinginan dengan spesifik, mengapa hal ini penting, siapa yang akan terlibat,
dimana akan dijalankan, dan atribut apa saja yang penting. Suatu tujuan
(target) yang spesifik biasanya akan menjawab pertanyaan “5W” ini:
·
What: apa yang ingin
saya capai?
·
Why: Mengapa harus
dicapai? (alasan yang spesifik; tujuan dan keuntungan dari pencapaian target
tersebut)
·
Who: Siapa yang
terlibat?
·
Where: Dimana target
akan dicapai? (identifikasi lokasi)
·
Which: Identifikasi
persyaratan untuk mencapai target dan kendala yang menghalagi tercapainya
target.
MEASURABLE
Kata yang kedua menekankan pentingnya kriteria yang digunakan
untuk mengukur besarnya kemajuan yang dibuat dalam mencapai target. Filosofi
yang melatar-belakangi poin ini adalah: “Jika target tidak dapat diukur, mustahil untuk
mengetahui apakah anda telah membuat kemajuan dalam mencapai tujuan akhirnya”. Mengukur kemajuan akan membantu tim untuk
tetap berada dalam jalur yang benar, menepati tenggat waktu, dan merasakan
semangat dan euforia ketika memperoleh hasil yang menggembirakan di setiap
pencapaian yang membawa mereka lebih dekat kepada tujuan.
Target yang terukur
akan mampu menjawab salah satu pertanyaan:
·
Berapa banyak?
·
Bagaimana anda
mengetahui bahwa target tersebut telah tercapai?
ATTAINABLE
Kata yang ketiga
menekankan bahwa target harus realistis dan dapat dicapai. Target tidak boleh
dibuat terlalu mudah (untuk performa standar tim anda), tapi juga tidak boleh
terlalu sulit sehingga terasa mustahil untuk dicapai. Target yang ditetapkan
akan dapat dicapai jika: anda telah menentukan apa yang paling penting, lalu
mampu membayangkan langkah-demi-langkah untuk mewujudkannya. Untuk itu, anda
akan mengembangkan perilaku, kemampuan, keahlian, dan kapasitas finansial untuk
mencapainya.
Target yang attainable
akan menjawab pertanyaan seperti:
·
How: Bagaimana target
tersebut akan dicapai?
RELEVANT
Kata keempat menekankan pentingnya memilih target yang tepat.
Target yang dibuat oleh bankmanager untuk
membuat “50 sandwich isi mentega kacang dan jeli sebelum jam 2 siang” bisa jadi merupakan target yang Spesifik,
Measurable, Attainable, dan Timely, namun tidak Relevan.Seringkali anda membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk
mencapai target: sumber daya, masukan dari Champion, dan apapun yang dapat
membantu meruntuhkan tembok penghalang. Target yang relevan untuk atasan anda,
tim anda, dan organisasi anda akan mendapatkan dukungan yang anda butuhkan itu.
Target yang relevan,
jika tercapai, akan mendorong tim, departemen, dan organisasi lebih maju.
Sebuah target yang mendukung atau selaras dengan target-target lainnya akan
dianggap sebagai target yang relevan.
Sebuah target yang
relevan akan memberikan jawaban ‘ya’ untuk semua pertanyaan ini:
·
Apakah target ini
layak diperjuangkan?
·
Apakah target ini ada
di waktu yang tepat?
·
Apakah target ini
sesuai dengan kebutuhan dan target anda yang lain?
·
Apakah anda orang yang
tepat untuk mengejar target ini?
TIMELY
Kata kelima menekankan pentingnya menepatkan target dengan
kerangka waktu, yaitu memberikan deadline pencapaian target. Komitmen kepada deadline akan membantu tim untuk tetap fokus
menjalankan pekerjaan untuk memenuhi target tepat waktu, atau bahkan lebih
cepat. Ini adalah bagian dari filosofi SMART yang melindungi target dari
serangan krisis sehari-hari yang biasa terjadi dalam organisasi. Target dengan
tenggat waktu akan menimbulkan urgensi.
Target dengan tenggat
waktu akan menjawab pertanyaan berikut:
·
Kapan?
·
Apa yang bisa saya
lakukan (selesaikan) dalam 6 bulan dari sekarang?
·
Apa yang bisa saya
lakukan (selesaikan) dalam 6 minggu dari sekarang?
·
Apa yang bisa saya
lakukan (selesaikan) hari ini?
Subscribe to:
Posts (Atom)