Perubahan kontrak psikologis Karyawan
dengan Perusahaan.
Dimasa lalu dan mungkin
sampai saat ini, banyak karyawan melakukan kontrak psikologis loyalitas kerja dengan
"job security" termasuk juga dengan mendapatkan penghasilan, benefit
dan fasilitas yang kompetitif. Apakah pendekatan ini masih cukup efektif dalam
situasi bisnis yang bersaing ini? Dewasa ini banyak lembaga yang setiap saat
memonitor dan siap mentransfer seorang karyawan potensial keperusahaan lain
dengan paket kompensasi dan benefit yang menggiurkan. Mereka juga secara aktif
"berburu" maupun melakukan pendekatan sesuai pesanan perusahaan.
Bisnis "Head Hunter" sudah sedemikian berkembang pesat. Selain itu
kebutuhan hidup yang semakin mahal juga menyebabkan banyak karyawan tergoda
untuk berpindah keperusahaan lain yang menawarkan penghasilan yang lebih besar.
Adakah pendekatan lain yang
lebih dapat menahan karyawan untuk tidak berpindah keperusahaan lain dan menjamin
loyalitas? Saat ini banyak perusahaan mengembangkan Manajemen SDM nya dengan
pendekatan pengembangan karier.
Kontrak psikologis berbeda
dengan pendekatan lama, karyawan menukar loyalitas kerja dengan pengembangan
karier. Angkatan kerja muda dewasa ini memiliki gaya hidup dan tuntutan yang
berbeda dari jaman dahulu. Mereka disebut sebagai generasi G (Google atau
Gadget). Generasi ini terbiasa dengan segala sesuatu yang serba cepat dan mudah
didapat, terutama dengan kemajuan dan pemanfaatan teknologi informatika.
Kebiasaan ini terbawa ketika mereka bekerja. Saya punya pengalaman mewawancara
karyawan generasi saat ini, ketika diberikan kesempatan untuk bertanya, mereka
banyak bertanya mengenai karier dan pengembangan diri disamping pertanyaan
tentang penghasilan dan benefit. Yang menarik adalah mereka sudah memiliki
target waktu yang jelas dan berusaha mereka penuhi, dalam waktu 3 s/d 5 tahun
sudah berharap bisa menduduki posisi Manajer, 5 tahun berikutnya mengharapkan
sudah mencapai posisi puncak sebagai GM ataupun Direktur. Selain itu mereka
sudah sangat berani mengajukan penghasilan minimal yang mereka minta.
Pengalaman ini tidak pernah didapatkan dari calon karyawan generasi terdahulu.
Contoh lain, sebuah
perusahaan perhotelan dimana sebagai bisnis yang menjual keramahan sangat
bergantung pada karyawan dengan komitmen dan semangat tinggi. Dalam sebuah
pabrik atau toko ritel kecil, pemilik toko bisa bergantung pada pengawasan
langsung untuk memastikan bahwa karyawan melakukan tugas mereka. Tetapi di
hotel, semua karyawan “ada di garis depan”. Manajer atau[un Supervisor tidak
bisa selalu melakukan pengawasan langsung, apakah seorang Bell Boy, Petugas
Front Office sudah menjalankan tugasnya dengan ramah kepada tamu Hotel. Jika
Hotel tersebut ingin para tamu puas, mereka harus memiliki karyawan yang punya
komitmen seakan-akan mereka adalah pemilik perusahaan tersebut dalam melakukan
tugas mereka, sekalipun tidak ada yang mengawasai. Agar para karyawan memiliki
komitmen, Perusahaan juga harus meyakinkan karyawan bahwa Perusahaan juga
memiliki komitmen pada mereka. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
komitmen perusahaan pada karyawan untuk membantu mereka memiliki karier yang
sukses dan memuaskan.
Fokus Manajemen SDM
berorientasi pengembangan karier.
Tabel dibawah ini menjelaskan
perbedaan fokus antara Manajemen SDM dengan pendekatan tradisionil dan
pengembangan karier.
Aktifitas SDM
|
Tradisional
|
Pengembangan Karier
|
Perencanaan
|
Menganalisa pekerjaan,
memproyeksikan kebutuhan dengan menggunakan data statistik.
|
Tambahan informasi data mengenai
minat karyawan, pilihan dan sejenisnya.
|
Politian dan Pengembangan
|
Memberikan kesempatan
karyawan untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang
kerjanya.
|
Memberikan informasi jalur
karier, orientasi pertumbuhan perorangan.
|
Penilaian Kinerja
|
Memberikan peringkat atau
penghargaan.
|
Tambahan rencana
pengembangan dan penetapan sasaran perorangan.
|
Perekrutan dan Penempatan
|
Mencocokkan kebutuhan
organisasi dengan orang yang memenuhi syarat.
|
Mencocokkan orang dan
pekerjaan berdasarkan pada sejumlah variabel termasuk minat karier.
|
Kompensasi dan tunjangan
|
Memberikan penghargaan
untuk waktu, produktifitas, bakat, dst.
|
Tambahan aktifitas yang
tidak berhubungan dengan pekerjaan seperti menjadi Ketua Kepanitiaan Kegiatan
Rekreasi Karyawan dan Keluarga, Ketua Union, dsb.
|
Dengan demikian karyawan
memiliki rasa aman dalam mengembangan kariernya yang pada akhirnya juga untuk
mendapatkan penghasilan yang memadai sesuai perkembangan karier.